Hari Raya Idul Fitri 1440 H, 617 Warga Binaan Lapas Warungkiara Mendapat Remisi, 6 Lainnya Bebas

sukabumiNews, WARUNGKIARA - Hari Raya Idul Fitri 1440 H, Lapas Kelas III Warungkiara Sukabumi Jawa Barat, memberikan remisi khusus kepada sedikitnya 617 warga binaan berupa potongan masa tahanan, remisi khusus lainnya diberikan kepada 6 warga binaan yang dinyatakan bebas pada Rabu (5/6/19), beberapa waktu lalu.

Kepala Lembaga Pemasyarakatan (Ka. Lapas) Warungkiara Kabupaten Sukabumi, Christio Nugroho mengatakan, untuk ke enam narapidana yang mendapat remisi bebas masuk dalam kategori RK 2, yang artinya masa hukumannya habis setelah mendapatkan remisi potongan masa hukuman.

"Jadi begitu dipotong otomatis bebas, rata-rata yang mendapat remisi bebas yang menjalani hukuman ringan dibawah 1 sampai dua tahun dengan kasus pidana umum," ujar Christio kepada sukabumiNews saat ditemui diruangan kerjanya, Senin (10/6/19).

Christio menjelaskan, remisi atau pengurangan masa tahanan setiap tahunnya berbeda-beda. Semuanya mengikuti tahapan, dan untuk remisi Idul Fitri pertama yaitu 15 hari, tahun kedua satu bulan dan tahun ketiga sebanyak 1,5 bulan atau 45 hari. 
"Beberapa narapidana ada yang tidak mendapatkan remisi, misalnya PP 99 dan yang beragama Non muslim, biasanya untuk non muslim mendapatkan remisi setiap tanggal 17 Agustus," terangnya.

Lebih jauh Christio mengungkapkan, Lapas kelas III Warung Kiara Kabupaten Sukabumi telah meluncurkan beberapa program binaan baru untuk narapidana. Program tersebut berupa pelatihan keterampilan yang diharapkan bisa menjadi bekal bagi narapidana setelah keluar dari Lapas, sehingga bisa mempunyai keahlian.

"Salah satunya adalah merangkai anyaman kemasan untuk pindang, kita sudah bekerjasama dengan mitra dan sudah di survey kemarin," tuturnya.

Christio menambahkan, dipilihnya pelatihan keterampilan tersebut karena mudah untuk dipelajari, selain itu tidak diperlukan alat  berbahaya, dan pada prakteknya nanti para peserta pelatihan akan diberi bahan baku yang terbuat dari bambu setengah jadi, kemudian mereka hanya tinggal merangkainya.

"Selain itu di Pondok pesantren ada program pembelajaran bahasa Arab dan Bahasa Inggris, hal itu dilakukan berkaitan dengan rencana Pemerintah untuk menjadikan Sukabumi sebagai teman destinasi wisata, sehingga jika mereka bisa menguasai bahasa Inggris nantinya mereka bisa hidup mandiri, minimal bisa menjadi guide seperti masyarakat Bali," jelas Christio.

Pewarta: Karim R.
Editor: AM.
Copyright © SUKABUMINEWS 2019

Post a Comment

Anda boleh beropini dengan mengomantari Artikel di atas

أحدث أقدم