Dudi Fathul Jawad Beberkan Tantangan Guru di Abad-21

sukabumiNews.net, SUKABUMI - Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Ka.Disdikbud) Kota Sukabumi, Dudi Fathul Jawad membeberkan tantangan yang dihadapi guru di abad-21. Tantangan tersebut diungkapkan Dudi di hadapan ratusan guru pada acara penutupan Bimbingan Teknis Guru Sasaran Kurikulum 2013 (Bintek Kurtilas) jenjang SD tahun 2017, bertempat di Aula Dinas Pendidikan Kota Sukabumi, belum lama ini.

Bintek Kurtilas yang dilaksanakan selama tiga hari, dari mulai hari Senin (29/5) hingga Rabu (3/6/2017) dan difasilitasi oleh Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Barat itu, menurut Dudi dilakukan agar para guru Kota Sukabumi mampu dan siap menghadapi abad-21 yang penuh dengan kompetisi, yang dalam bahasa Qur’annya dikenal dengan Fastabiqul-khairat.

Pada kesempatan itu Dudi menganjurkan agar seorang guru mampu berperan aktif dalam mencerdaskan kehidupan bangsa di abad-21 ini. “Guru diharapkan mampu merubah keadaan bangsa menjadi bangsa yang maju,sejahtera dan bersaing dikancah Internasional,” kata Dudi.

Oleh karena itu lanjut dia, disamping intelektual, guru juga dituntut memiliki 5 ranah kecerdasan,  yakni kecerdasan emosional, kecerdasan social dan kecerdasan spiritual,” tuturnya.

Menurut Dudi, pendidikan abad-21 ini sungguh jauh berbeda dengan tahun 1974 saat awal adanya sekolah-sekolah Inpres. Saat itu, jelas Dudi, untuk menjadi seorang guru PNS sangatlah gampang. Siswa-siswi yang belum lulus SPG atau PGA pun sudah dikasih SK pengangkatan CPNS. “Berbeda dengan hari ini, untuk bisa diangkat jadi guru PNS, sekitar 2.800 guru honorer Kota Sukabumi harus memperjuangkan nasibnya melalui Forum Honorer Indonesia (FHI),” kata Dudi. “Begitu banyak tangtangan guru yang begitu komplek di abad 21 ini,” tambahnya.

Beberapa tantangan diantaranya seperti kondisi yang dihadapi selama ini. Salah satu contoh yang kita dapati, papar Dudi, siswa-siswi kita itu memiliki tiga guru. Pertama, guru yang ada di rumah yaitu orang tua. Mereka dalam mendidik anak-anaknya bersipat subjektif.  Kemudian yang kedua, guru yang di sekolah yang bersipat objektif rasional,” paparnya.

Dalam hal ini jelas Dudi, terkadang guru yang ada di rumah tidak menerima anaknya ditegur, atau diberi hukuman oleh guru yang mengajarnya di sekolah. Padahal, menurutnya, teguran dan hukuman itu mendidik anaknya agar ia menjadi anak yang disiplin dan berprilaku santun.  “Tidaklah sedikit guru  di sekolah di polisikan, bahkan sampai masuk pengadilan gara-gara menegur dan memberi hukuman,” imbuhnya.


Yang ketiga, jelas dia, adalah guru yang ada di masyarakat yang begitu cerdas dan serba tahu, dengan teknologi internet seperti media sosial (medsos), Google dan lainya, yang semua itu merupakan tantangan. (NAN,S)

Post a Comment

Anda boleh beropini dengan mengomantari Artikel di atas

أحدث أقدم