Sejarah Hari Ini (30 Mei): Selamat Ulang Tahun, Steven Gerrard!

Dalam sebuah generasi selalu lahir pemain yang bisa melakukan keajaiban. Beruntung bagi Liverpool, pemain seperti ini lahir 34 tahun yang lalu: Steven Gerrard.


Di setiap dekade, selalu lahir pemain sepakbola yang bisa melakukan keajaiban. Pemain jenis ini mampu mengubah hal yang tidak mungkin menjadi mungkin. Dalam permainan, kemampuannya seorang mampu membalikkan keadaan. Ya, pemain ini sendiri, sejatinya adalah keajaiban.

Beruntung bagi Liverpool, pemain sekelas itu ada di tengah-tengah mereka. Ia lahir tepat 34 tahun yang lalu dan sekarang ia mengenakan ban kapten The Reds. Ia disebut sebagai gelandang paling komplit di dunia karena memiliki kekuatan, kecepatan, sentuhan, dan tekad pantang menyerah.

Anda masih belum tahu siapa? Tengoklah seragam No. 8 di Liverpool: Steven Gerrard.

Hidup Mati Di Liverpool

Lahir di Whiston, Merseyside, Gerrard memulai karir sepakbolanya di Whiston Juniors, sebuah tim di kampung halamannya.  Pencari bakat Liverpool baru menemukannya saat berusia sembilan tahun dan akhirnya mengajak Gerrard muda bergabung dengan akademi Liverpool.


Walau sudah masuk akademi Liverpool, perjalanan karir sepakbola Stevie G tidaklah mulus. Ia tidak pernah berhasil menembus tim pelajar Inggris. Bahkan ketika berusia 14 tahun, ia sempat melakoni banyak trial di beberapa klub. Saking sulitnya, ia sempat mendaftar ke Manchester United yang notabene merupakan rival dari tim kesayangannya. Beruntung, Liverpool tidak melepaskan Gerrard yang masih kecil dan akhirnya menandatangani kontrak profesional pada 5 November 1997.

Kisahnya sebagai pangeran Liverpool dimulai saat itu. Mencatatkan debut pada 29 November 1998, ia mulai jadi sosok yang dicintai di Anfield. Publik Merseyside pun semakin jatuh cinta saat sang kapten menyatakan kesetiannya pada Liverpool. “Saat saya mati, jangan bawa saya ke rumah sakit. Bawa saya ke Anfield. Saya lahir di sana dan akan mati di sana."

Dengan ini, semua menjadi jelas. Liverpool adalah satu-satunya klub bagi seorang Steven Gerrard. Walau karirnya masih berlanjut, setidaknya awal dan akhir kisahnya sudah ketahuan: ia lahir dan akan mati di Anfield. Satu hal yang patut dibanggakan dari pemain sekelas dirinya, yang kiranya sudah mulai jarang ditemui di sepakbola modern, ialah kesetiaan.



Sejak masuk ke skuat utama Liverpool, Gerrard mulai menyedot perhatian. Permainan yang bertenaga sekaligus berkharisma membuatnya ditakuti oleh lawan dan disegani oleh rekan-rekannya. Pengakuan dari publik Merseyside terbukti pada tahun 2003, saat ia menggantikan Sami Hyypia menjadi kapten The Reds.

Kendati begitu, ban kapten yang ia tanggung tidak serta merta diikuti oleh kejayaan. Di musim pertamanya sebagai kapten, Liverpool tidak mendapat satu gelarpun. Sontak, manajer Gerard Houllier yang menunjuk Stevie pun mundur dan sang kapten dilanda kegalauan. Ia bahkan sempat berpikir untuk pindah karena tidak senang dengan perkembangan klubnya.

Namun Gerrard tetaplah Gerrard, ia akhirnya menolak tawaran dari Chelsea senilai £20 juta. Ia tetap memegang perkataannya dan terus melaju bersama Liverpool. Keputusan ini berbuah manis semusim setelahnya. Bersama Liverpool, Gerrad sukses mengamankan gelar Liga Champions di Istanbul, Turki.

Final Istanbul bukanlah final Liga Champions biasa. Ada keajaiban di sana dan karenanyalah nama Gerrard akan selalu dikenang. Betapa tidak, Liverpool sempat tertinggal 3-0 dari AC Milan, namun sukses menyamakan kedudukan menjadi 3-3 di babak kedua dan akhirnya keluar sebagai juara lewat adu penalti!



Kepiawaian Gerrard sebagai gelandang sekaligus kapten pun dielu-elukan di sana. Mencetak gol pembuka lewat tandukan, ia mengangkat moral segenap laskar Anfield. Gol penalti Xabi Alonso juga bermula dari pelanggaran Gennaro Gattuso pada sang kapten.

Tak lupa, sumbangsihnya sebagai mesin lini tengah Liverpool membuatnya jadi pemain terbaik malam itu dan UEFA menetapkan dirinya sebagai pemain terbaik sepanjang turnamen. Seperti penilaian Zinedine Zidane padanya, yang spesial dari Gerrard bukan sekadar kemampuan bermainnya, melainkan kharisma yang membuat segenap pemain di sekitarnya merasa percaya diri dan yakin. Kemampuan itulah yang kiranya melahirkan keajaiban Istanbul.

Sebagai catatan, di tahun yang sama Gerrard juga masuk nominasi tiga besar Ballon d'Or.
 



Malang bagi Gerrard, kepiawaiannya sebagai kapten tak selamanya menghadirkan kisah yang bahagia. Beberapa kali, semangat yang ia usung berbuah blunder. Satu momen yang masih hangat, tentu adalah momen kontra Chelsea bulan lalu.

Disebut-sebut sebagai kandidat terkuat juara Liga Primer Inggris, sekaligus kesempatan emas bagi sang kapten untuk melepas dahaga gelar Liga, Gerrard justru melakukan kesalahan fatal. Ia terpeleset, dalam arti sebenarnya, dan membiatkan Demba Ba membawa Chelsea unggul 1-0 atas Liverpool. Di akhir pertandingan, Chelsea menang 2-0 dan sepanjang laga, Gerrard tampak frustrasi, mencoba membayar kesalahannya.

Berangkat dari momen ini, timbulah pendapat bahwa Gerrad terlalu emosional saat bermain. Ia disebut terlalu menggunakan hati, sehingga tubuhnya menelan akumulasi dari kelelahan dan beban psikologisnya. Hasrat juara Liga pun semakin membebani, alhasil gelar juara lepaslah dari genggaman.

Tidak pernah menjadi juara Liga Primer memanglah sebuah 'cacat' dalam perjalanan karir sepakbola pemain sekaliber dirinya. Namun kalau menilik rentetan gelar lainnya, termasuk Piala Super Eropa dan Piala UEFA, dan sebuah keajaiban di Istanbul, tentu 'cacat' tersebut hanya tampak sebagai noda pulpen kecil dalam perjalanan karirnya bersama Liverpool.

Menuju Senja Karir (?)

Sebagai pemain Liverpool, tak ada yang meragukan kesetiaan, dedikasi, dan prestasi seorang Gerrard. Namun lain halnya kalau bicara soal keberadaannya di timnas Inggris. Sang kapten tidak (atau setidaknya, belum) menorehkan prestasi gemilang bersama negaranya.

Walau sudah jadi langganan timnas sejak 2000, Gerrard tak mampu mendulang sukses di kancah internasional. Performanya bersama Inggris memang tak bisa disebut buruk, tapi di sini, hasil yang berbicara. Inggris tak mampu menorehkan prestasi apapun, baik di Euro maupun Piala Dunia.




Di Euro 2000 misalnya, Inggris gagal lolos dari babak grup. Dua tahun setelahnya, Inggris lolos ke Piala Dunia, tapi Gerrard ditarik dari skuat karena mengalami cedera kunci paha.
Romantisisme kelam antara Inggris dan Gerrard berlanjut di Euro 2004. Sukses lolos dari babak grup, Inggris tersingkir di adu penalti. The Three Lions kalah 6-5 dari tuan rumah Portugal dan kemalangan ini berulang dua tahun setelanya, di Piala Dunia. Inggris kalah dari lawan yang sama, di babak yang sama, dengan drama penalti yang sama di Piala Dunia 2006.

Musim 2008, Inggris melakoni musim yang lebih buruk: tidak lolos ke Euro 2008. Sementara itu di Afrika Selatan 2010, mereka juga gagal menembus perempat-final karena kalah 4-1 dari Jerman, saat di mana kontroversi garis gawang menguar dengan kental. Di Euro 2012 pun, Gerrard dkk tak mampu menembus perempat-final walau mereka sukses keluar sebagai juara Grup. Inggris tersingkir di babak perempat-final dari Italia.

Piala Dunia 2014 sepertinya jadi kesempatan terakhir Gerrard untuk mencetak prestasi bersama timnas. Kini, usianya telah beranjak ke 34 tahun. Ia tidak lagi muda dan tenaga serta kecepatannya tak lagi seperti dulu. Memang, ia sedang melakoni penampilan ciamik di posisi terbarunya, namun usia tidak bisa berbohong, ia takkan bertahan lebih lama dari empat tahun di timnas. Mungkin, memang sudah waktunya bagi Gerrard untuk memberikan kesempatan lebih bagi para pemain muda.

Akhir kata, hari ini merupakan ulang tahun sang kapten. Jadi, marilah mengucapkan: Happy Birthday, Steven Gerrard!Dan, mari berdoa, semoga catatan emasnya semain lengkap dengan juara Liga Primer Inggris bersama Liverpool, dan gelar apapun, bersama timnas Inggris.


[Sumber: goal.com]

Post a Comment

Anda boleh beropini dengan mengomantari Artikel di atas

Previous Post Next Post