Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan. (FOTO: Ahvalnews) |
sukabumiNews.net, ANKARA – Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan meminta warga negara Turki untuk memboikot produk Prancis karena kemarahan di dunia Muslim meningkat atas komentar Presiden Prancis Emmanuel Macron tentang Islam.
"Saya menyerukan
kepada bangsa saya, jangan membeli produk Prancis," kata Erdogan dalam
pidato yang disiarkan televisi di istana presiden di Ankara, dikutip sukabumiNews
dari ahvalnews pada Rabu (28/10/2020).
Prancis memanggil
duta besarnya untuk Turki untuk konsultasi pada hari Sabtu setelah Erdogan
mempertanyakan kesehatan mental Macron dan sikapnya terhadap Islam dan Muslim.
Macron mengecam Muslim radikal di Prancis yang mempraktikkan apa yang oleh
pemimpin Prancis disebut "separatisme Islamis".
"Jika ada
penganiayaan terhadap Muslim di Prancis maka saya meminta para pemimpin dunia
untuk bertindak bersama untuk melindungi mereka," kata Erdogan.
Erdoğan, yang taat
beragama, berusaha memposisikan dirinya sebagai pemimpin dunia Muslim.
Negaranya menjadi tuan rumah bagi para pemimpin gerakan politik Islam Hamas dan
Ikhwanul Muslimin. Dia mengecam Israel sebagai negara teroris karena
perlakuannya terhadap warga Palestina.
Seorang pria Muslim
memenggal seorang guru yang telah menunjukkan karikatur Nabi Muhammad di sebuah
kelas tentang kebebasan berekspresi di Paris awal bulan ini. Muslim percaya
bahwa penggambaran Nabi adalah penghujatan.
Macron menggambarkan
Islam sebagai agama "dalam krisis" dan mengatakan dia akan mengajukan
undang-undang pada bulan Desember untuk memperkuat undang-undang yang secara
resmi memisahkan gereja dan negara.
Erdoğan juga membidik
Kanselir Jerman Angela Merkel, memintanya untuk menjelaskan bagaimana bisa ada
kebebasan beragama di Jerman ketika 100 polisi menyerbu sebuah masjid.
Polisi Jerman
menggerebek sebuah masjid di Berlin minggu lalu dengan alasan penyelidikan
penipuan atas dugaan klaim palsu untuk subsidi COVID-19. Kementerian Luar
Negeri Turki mengatakan penggerebekan itu terjadi selama sholat subuh dan
polisi menunjukkan rasa tidak hormat dengan tidak melepas sepatu mereka.
Permusuhan terhadap
Muslim telah menjadi kebijakan resmi di beberapa negara UE di tingkat kepala
negara, kata Erdogan. Dia meminta Parlemen Eropa untuk mengambil tindakan.
Prancis adalah salah
satu dari sedikit negara di mana Turki mempertahankan surplus perdagangan dan
ekspor negara itu ke Prancis berjumlah $ 7,9 miliar sementara impor mencatatkan
$ 6,8 miliar, ekonom Turki Emin Çapa mengatakan pada hari Senin.
"Boikot (produk Prancis) akan merugikan kami, '' kata Çapa di Twitter.
Bir ülkeyi yöneten kişinin attığı adımları duygularıyla değil, ülkesinin, halkının geleceğini düşünerek atması gerekir. Otomotiv, aşı, ilaç işi ne olacak?
— Emin Çapa (@ecapa_aklinizi) October 26, 2020
İstanbul’da bir otelin girişindeki Fransa bayrağını indirmek isteyen Suriye'li cihatçı göstericiler yanlışlıkla Rusya bayrağını indirdi...Bu cihatçılara gösteri yasağı yok, bunlara maske takma ve sosyal mesafe yasağı yok. pic.twitter.com/huSoX3FyFA
— İbrahim Gezici (@ibrahim_gezici) October 26, 2020
Kemudian pada hari
Senin, pemerintah Jerman menyebut serangkaian serangan oleh Erdoğan terhadap
Macron Prancis "memfitnah" dan "tidak dapat diterima" dan
menyatakan solidaritas dengan Paris.
Merkel mengecam keras
pernyataan berapi-api Erdogan tentang Macron, AFP mengutip ucapan juru
bicaranya pada hari Senin.
"Itu adalah
komentar fitnah yang sama sekali tidak dapat diterima, terutama dengan latar
belakang pembunuhan mengerikan terhadap guru bahasa Prancis Samuel Paty oleh
seorang fanatik Islam," kata Steffen Seibert, menurut AFP.
Menteri Luar Negeri
Jerman Heiko Maas pada hari Senin juga mengutuk pernyataan Erdoğan terhadap
Macron, mencapnya sebagai "rendah baru".
Pemerintah Jerman
berdiri dalam solidaritas dengan tetangganya di Eropa dalam "perang
melawan ekstrimisme Islam," kata Maas kepada wartawan pada konferensi pers
bersama dengan pemimpin Badan Energi Atom, menurut penyiar Jerman Deutsche
Welle.
"Kami sangat
memahami langkah-langkah diplomatik (Prancis) dan kami mendukungnya," kata
Maas.
Pewarta/Editor: Red
Sumber: Ahvalnews
Post a Comment
Anda boleh beropini dengan mengomantari Artikel di atas