Wagub Emil Menduga Penyakit Komorbid Salah Satu Faktor Angka Kematian COVID-19 Jatim Tinggi

Wagub Jatim Emil Dardak. (Foto: Istimewa)  
sukabumiNews.net, SURABAYA – Salah satu daerah yang diketahui insensitas angka kasus Covid-19 nya cukup tinggi adalah Provinsi Jawa Timur dengan penambahan sehari mencapai 356 kasus.

Wakil Gubernur Jawa Timur (Wagub Jatim) Emil Dardak menduga, tingginya angka kematian Covid-19 Jatim salah satunya disebabkan oleh faktor Penyakit Komorbid.

Seperti dilansir Abadikini.com berdasarkan data dari info covid-19 Jatim hingga Sabtu, 27 Juni 2020 pukul 12.00 WIB tercatat sejumlah 10.886 kasus positif Covid-19 di wilayah provinsi tersebut. Sementara angka kematian warga Jatim akibat COVID-19 mencapai 815 kasus.

Tingginya angka kasus kematian ini pun diakui Emil Dardak menjadi fokus pemerintah daerah Jatim untuk saat ini.

“Angka kematian Covid-19 di Jawa Timur ini tinggi sekali dan menjadi concern kami. Bukan hanya angka positifnya yang tinggi, tapi angka kasus kematiannya juga. Salah satu yang kita khawatirkan adalah banyak pasien komorbid,” kata Emil Dardak, Sabtu (27/6/2020).

Menurutnya, BPJS Kesehatan memiliki data terkait penduduk dengan penyakit komorbid. Data tersebut sudah diberikan ke pemerintah daerah agar penduduk yang memiliki komorbid mendapatkan perhatian lebih. Tentunya data digunakan dengan berhati-hati karena sangat privat.

“Kami berharap dengan monitoring ekstra terhadap penduduk yang punya komorbid, mereka bisa dihindari dari risiko terkena COVID-19. Kami tanya dia kerjanyaa apa, kerja di tempat berisiko enggak, kalau iya, kami advokasi ke tempat kerjanya supaya tidak kerja dulu misalnya,” ujarnya.

Langkah tersebut menurut Emil penting karena kelompok dengan kategori rentan seperti penyakit komorbid, ibu hamil, dan lanjut usia harus terus diawasi. Masalah lainnya, masih banyak penduduk yang tidak sadar bila dirinya memiliki komorbid. Sebab merasa usianya masih muda dan tubuh sehat.

“Sudah saatnya aware karena bahkan usia 30-an pun sudah ada bakat-bakat komorbid, diabetes, hipertensi, dan sebagainya. Ini kami coba punya program namanya Posbindu, basically ingin mengajak yang muda-muda mulai ngecek ada enggak risiko komorbid, lifestyle apa yang harus diubah supaya bisa menyikapi, karena banyak yang enggak aware,” imbuhnya.

Dia menambahkan, dari data BPJS yang diterima hanya tinggal satu kabupaten atau kota, kata Emil, yang belum memiliki data jejak kesehatan warganya dari BPJS.

“Dari seluruh kabupaten kota, tinggal satu [kabupaten/kota] yang belum tanda tangan [kerja sama dengan BPJS terkait data ini]. Dan ini PR kita karena di daerah itu justru angkanya tinggi,”pungkasnya.


Pewarta/Editor : Red*
COPYRIGHT © SUKABUMINEWS 2020

Post a Comment

Anda boleh beropini dengan mengomantari Artikel di atas

Previous Post Next Post