Mengembangkan Pertanian Organik untuk Pertanian Jawa Barat yang Ramah Lingkungan

Tanaman Organik (Foto: toiletbisnis.com). 
 

sukabumiNews.net, KOTA SUKABUMI – Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Sukabumi, H Acep Sopyan (HA Sopyan) berbicara mengenai pengembangan Pertanian Organik untuk pertanian Jawa Barat yang Ramah Lingkungan.

Sopyan menjelaskan, Pertanian Organik adalah sistem budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan kimia sintetis.

Pertanian organik juga, kata dia merupakan kegiatan bercocok tanam yang ramah lingkungan dengan cara berusaha meminimalkan dampak negatif bagi alam sekitar dengan ciri utama menggunakan varietas lokal, pupuk, dan pestisida organik.

“Pertanian organik ini diberdayakandengan tujuan untuk menjaga kelestarian lingkungan,” kata Anggota Ketua KTNA yang juga Anggota Komisi II DPRD Jawa Barat (Jabar) ini kepada sukabumiNews, dikonfirmasi melalui selulernya, Senin (25/7/2022).

Pria berpenampilan sederhana yang akrab dipanggih Abah Sopyan ini menjelaskan, Pertanian Organik adalah cara menanam tanaman secara alami dengan penekanan terhadap perlindungan lingkungan dan pelestarian tanah, serta sumber air yang berkelanjutan.

“Pertanian Organik tidak menggunakan pupuk buatan yang berasal dari bahan bakar minyak, pestisida, atau makanan dari hasil modifikasi genetika,” terangnya.

Dijelaskan Abah Sopyan bahwa prinsip-prinsip Pertanian Organik merupakan dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan pertanian organik.

“Prinsip-prinsip ini berisi tentang sumbangan yang dapat diberikan Pertanian Organik bagi dunia, dan merupakan sebuah visi untuk meningkatkan keseluruhan aspek pertanian secara global,” papar HA Sopyan.

Pertanian ini, lanjut Sopyan merupakan salah satu kegiatan paling mendasar bagi manusia, karena semua orang perlu makan setiap hari. Dan nilai-nilai sejarah, budaya dan komunitas menyatu dalam pertanian.

Lebih lanjut dia menjelaskan, sesuai dengan prinsip-prinsip Pertanian Organik, ada sebuah metode pengembangan pertanian yang dikenal sebagai metode bertani ‘tanpa bekerja’. Dan ini dikembangkan oleh seorang petani Jepang yang berlatar belakang ahli mikrobiologi (mantan seorang ilmuwan laboraturium).

Menurut Sopyan, ada empat azas bertani alami yang dipraktikan dalam mengelola Pertanian organik ini, yaitu  Tanpa pengolahan, yaitu tanpa membajak atau membalik tanah, Tanpa pupuk kimia atau kompos yang dipersiapkan, Tanpa menghilangkan gulma dengan pengerjaan tanah atau herbisida, dan Tidak tergantung dari bahan-bahan kimia.

“Empat azas tersebut merupakan kelebihan dari bertani alami dalam mengelola sistem Pertanian Organik,” katanya.

Namun dibalik semua itu, tambah Sopyan, ada juga sejumlah kelemahan dalam sistem Pertanian Organik ini. Kelemahan-kelemahan tersebut diantaranya yaitu:

Ketersediaan bahan organik terbatas dan takarannya harus banyak, transportasi mahal karena bahan bersifat ruah, menghadapi persaingan dengan kepentingan lain dalam memperoleh sisa pertanaman dan limbah organik.

“Selain itu, hasil pertanian organik juga lebih sedikit jika dibandingkan dengan pertanian non organik yang menggunakan bahan kimia terutama pada awal menerapkan pertanian organik,” terangnya.

Kemudian juga tambah dia, pengendalian jasad pengganggu secara hayati masih kurang efektif jika dibandingkan dengan penggunaan pestisida kimia. “Dan kelemahan yang terakhir adalah terbatasnya informasi tentang pertanian organik,” tuturnya, menutup penjelasan.

Red* 
COPYRIGHT © SUKABUMINEWS 2022

Post a Comment

Anda boleh beropini dengan mengomantari Artikel di atas

أحدث أقدم