TAK ADA CINTA TANPA PENGORBANAN

Oleh KH. Yan Hasanudin Malik : INILAH cinta sejati seperti cinta Ibrahim kepada Rab-nya. Meski sebagai seorang ayah yang telah lama mendambakan kehadiran seorang putera, cintanya kepada Ismail demikian mendalam, tetapi cintanya kepada Allah jauh lebih besar, lebih dalam, lebih mengakar, karena lahir dari kebersihan tauhid. Ibrahim telah membuktikan bahwa ia lebih menyintai Allah ketimbang darah dagingnya. Sehingga ketika Allah mengujinya, ia berhasil membuktikan diri : dikorbankannya sang putera demi meraih cinta dan ridha Allah, dan ia pun mendapat gelar "sang kekasih Allah".

Dalam konteks kehidupan kita, Ismail adalah simbol dari segala sesuatu yang kita cintai. Demikian cintanya kita pada "sesuatu" itu sehingga kita jadi demikian mendambakannya bahkan rela menjadikannya sebagai tujuan hidup. Inilah hal-hal yang kadang kita pertuhankan : keluarga (isteri dan anak), harta benda (termasuk jabatan, pangkat dan status sosial), perdagangan, rumah rumah yang kita tempati (QS At Taubah : 24). Sementara salah satu penyakit lain dari masyarakat kita adalah "beragama tanpa pengorbanan", terjebak dalam tuntutan duniawi (QS Ali Imran : 14), dan kita pun lupa terhadap tujuan dan makna hidup sebenarnya.

Jika syirik termasuk dosa terbesar yang tidak terampuni Allah, maka menjadikan pernik-pernik duniawi "mataa'un" sebagai tujuan hidup merupakan syirik yang sering menjebak kita tanpa kita sadari.
Selamat Hari Raya Idhul Adha 1437 H. Semoga kita kian arif dalam menghadapi cobaan-cobaan hidup...

Penulis adalah Mantan Anggota DPRD Kota Sukabumi F PBB

Post a Comment

Anda boleh beropini dengan mengomantari Artikel di atas

Previous Post Next Post